Pendidikan
Pengertian Anak Menurut WHO dan Implikasinya pada Pendidikan

Menurut WHO Anak adalah masa depan sebuah bangsa mri kita jabarkan lebih mendalam di artikel ini.

Oleh karena itu, memahami definisi anak dan berbagai aspeknya sangat penting bagi para orang tua, pendidik, dan masyarakat umum. Salah satu definisi yang sering kita jadikan acuan adalah pengertian anak menurut World Health Organization (WHO). WHO memberikan panduan universal terkait perkembangan anak yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial. Artikel ini akan membahas pengertian anak menurut WHO, kaitannya dengan perkembangan mereka, serta menghubungkannya dengan beberapa masalah dan solusi yang telah kita bahas dalam artikel-artikel lainnya.
Pengertian Anak Menurut WHO
Menurut WHO, anak adalah individu yang berada dalam rentang usia 0-18 tahun. Selama masa ini, seorang anak mengalami perkembangan signifikan yang mencakup berbagai dimensi, termasuk fisik, mental, sosial, dan emosional. Definisi ini tidak hanya melihat anak dari perspektif usia, tetapi juga memperhatikan kebutuhan khas mereka yang berbeda-beda sesuai dengan tahap pertumbuhan.
WHO menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal bagi anak-anak, termasuk pemberian nutrisi yang memadai, akses ke pendidikan, perlindungan dari kekerasan, serta layanan kesehatan yang berkualitas. Definisi ini menjadi landasan untuk berbagai kebijakan dan program yang terancang untuk mendukung perkembangan anak secara holistik.
Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Setiap anak mengalami tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda, sebagaimana terjelaskan dalam artikel Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak. Pertumbuhan mengacu pada perubahan fisik, seperti peningkatan tinggi badan dan berat badan, sementara perkembangan mencakup kemampuan motorik, kognitif, emosional, dan sosial.
Pada tahap bayi (0-2 tahun), anak fokus pada perkembangan motorik kasar dan halus. Di usia balita (2-5 tahun), mereka mulai menunjukkan perkembangan bahasa dan sosial. Memahami perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan stimulasi yang sesuai pada setiap tahap.
Masalah pada Anak Usia Dini
Anak-anak usia dini sering kali menghadapi berbagai masalah yang dapat memengaruhi perkembangan mereka. Sebagaimana kita ulas dalam artikel Permasalahan Anak Usia Dini dan Solusinya, beberapa masalah umum yang terjadi pada anak usia dini meliputi keterlambatan bicara, gangguan perilaku, dan kesulitan dalam interaksi sosial.
WHO menyarankan agar masalah-masalah ini kita atasi dengan pendekatan multidisiplin, melibatkan orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan. Lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang sangat penting dalam membantu anak mengatasi hambatan perkembangan ini.
Anak Manja vs. Anak Mandiri
Salah satu tantangan terbesar dalam pengasuhan adalah menemukan keseimbangan antara memberikan perhatian kepada anak dan mendorong kemandirian mereka. Artikel Anak Manja vs. Anak Mandiri: Membentuk Generasi Tangguh dengan Pendekatan Holistik di TK Asy Syams memberikan wawasan tentang bagaimana pendekatan holistik dapat membantu anak menjadi individu yang mandiri tanpa kehilangan rasa kasih sayang dari orang tua.
Pendekatan holistik ini selaras dengan pandangan WHO yang menekankan pentingnya perkembangan emosional dan sosial anak. Anak-anak yang terlalu dimanja cenderung memiliki masalah dalam kemandirian, sementara anak yang diberikan kebebasan berlebihan tanpa bimbingan mungkin menghadapi kesulitan dalam pengambilan keputusan.
Pentingnya Pendidikan dalam Perkembangan Anak
Pendidikan memainkan peran sentral dalam membentuk masa depan anak. Menurut WHO, pendidikan tidak hanya mencakup aspek akademik tetapi juga nilai-nilai sosial dan emosional. Pendidikan yang baik harus melibatkan kerja sama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sebagai contoh, pendidikan usia dini yang diterapkan di TK Asy Syams menggunakan pendekatan holistik yang menyeimbangkan antara stimulasi kognitif, fisik, dan sosial anak. Hal ini penting untuk memastikan anak-anak siap menghadapi tantangan di masa depan.
Perlindungan Hak Anak
Dalam konteks global, WHO menyoroti pentingnya perlindungan hak anak. Anak-anak memiliki hak untuk hidup, berkembang, dan mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi. Negara-negara anggota WHO bekerja sama untuk memastikan hak-hak ini terpenuhi melalui berbagai kebijakan dan program.
Di Indonesia, perlindungan anak juga diatur oleh undang-undang yang mengacu pada prinsip-prinsip WHO. Misalnya, undang-undang perlindungan anak mengharuskan orang tua, guru, dan masyarakat untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
Peran Orang Tua dalam Perkembangan Anak
Orang tua memiliki peran kunci dalam mendukung perkembangan anak. WHO merekomendasikan pengasuhan yang responsif, di mana orang tua memperhatikan kebutuhan fisik, emosional, dan sosial anak. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak penting untuk menciptakan ikatan yang kuat dan mendukung perkembangan mereka.
Sebagai contoh, orang tua yang terlibat aktif dalam pendidikan anak dapat membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan sosial yang lebih baik. Hal ini juga sejalan dengan pendekatan holistik yang diterapkan di TK Asy Syams, di mana orang tua diajak untuk berkolaborasi dalam mendidik anak.
Kesimpulan
Pengertian anak menurut WHO memberikan dasar yang kuat untuk memahami berbagai aspek perkembangan anak. Dengan pendekatan holistik yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat, kita dapat mendukung anak-anak tumbuh menjadi individu yang sehat, mandiri, dan tangguh.
Untuk informasi lebih lanjut tentang berbagai isu terkait anak, kunjungi artikel berikut:
- Permasalahan Anak Usia Dini dan Solusinya
- Anak Manja vs. Anak Mandiri: Membentuk Generasi Tangguh dengan Pendekatan Holistik di TK Asy Syams
- Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak
Dengan memahami konsep ini, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.
Pendidikan
5 Hal yang Harus Diperhatikan saat Membuat Rubrik Penilaian Proyek

Saat anak bersiap memulai proyek sekolah, orang tua atau guru bisa membuat rubrik penilaian agar evaluasi berlangsung adil, sistematis, serta informatif.
Rubrik yang kuat membantu anak memahami ekspektasi, sekaligus mempermudah pemberi nilai membuat keputusan yang objektif. Kini, mari kita kupas 5 hal penting yang wajib Anda perhatikan ketika menyusun rubrik penilaian proyek!
1. Tetapkan Tujuan dan Kriteria Penilaian yang Jelas
Pertama, Anda wajib menentukan tujuan utama proyek. Misalnya, apakah fokus pada kreativitas, pengetahuan, keterampilan, atau kolaborasi? Setelah itu, tentukan kriteria penilaian secara rinci dan spesifik.
- Aktif susun poin seperti:
- Kreativitas: solusi unik atau alternatif yang ditampilkan.
- Akurasi: kebenaran informasi dan kesesuaian konten.
- Presentasi: tata letak, ekspresi, gaya komunikasi.
- Kolaborasi: kontribusi setiap anggota tim (untuk proyek kelompok).
- Praktis: implementasi atau demo yang berjalan efektif.
Kemudian, setiap kriteria harus kita beri bobot nilai. Misalnya, kreativitas 25%, akurasi 30%, presentasi 20%, kolaborasi 15%, dan praktis 10%. Dengan begitu, anak paham mana yang lebih penting. Selain itu, setiap kriteria memandu orang tua atau guru dalam memberikan nilai dengan konsisten dan adil.
2. Gunakan Skala Penilaian yang Jelas dan Konsisten
Kedua, pilih skala penilaian yang mudah kita pahami. Contoh, skala 1–4 atau A–E, atau deskripsi verbal seperti “Sangat Baik”, “Baik”, “Cukup”, dan “Perlu Perbaikan”. Skala ini membantu anak mengetahui di mana posisi mereka dan bagaimana mereka bisa berkembang.
- Skala 1: Perlu bimbingan lebih lanjut.
- Skala 2: Cukup, tapi masih ada kekurangan nyata.
- Skala 3: Baik, sebagian besar aspek terpenuhi.
- Skala 4: Sangat Baik, mencapai semua ekspektasi.
Selain itu, jelaskan indikator konkret untuk setiap nilai. Misalnya, nilai 4 untuk kreativitas berarti ide orisinal yang menonjol. Indikator jelas memastikan penilaian tidak bersifat subjektif. Maka dari itu, anak lebih menyadari apa yang perlu kita perbaiki.
3. Libatkan Anak dalam Proses Penyusunan Rubrik
Ketiga, ajak anak berdiskusi bersama saat menyusun rubrik. Dengan begitu, anak merasa memiliki tanggung jawab dan termotivasi. Diskusi ini juga membuka ruang bagi anak menyampaikan ekspektasi mereka.
- Tanyakan: “Menurutmu, apa yang paling penting dalam proyek ini?”
- Diskusikan bobot kriteria: apakah kreativitas lebih penting dibanding akurasi?
- Dapat manfaat penting, yaitu anak memahami ekspektasi sejak awal.
Selain itu, jika rubrik sudah terbit, anak bisa merefleksi hasil kerja mereka. Proses refleksi ini pun menjadi bagian pembelajaran aktif yang berdampak panjang. Jadi, rubrik bukan sekadar alat nilai, melainkan sarana pengembangan diri.
4. Uji Coba dan Evaluasi Rubrik dengan Proyek Percobaan
Keempat, sebelum menggunakan rubrik di proyek utama, lakukan uji coba pada proyek kecil atau simulasi. Misalnya, proyek mini di rumah atau tugas pendek sekolah. Hal ini memungkinkan Anda mengecek apakah kriteria, skala, dan bobot bekerja efektif.
- Uji untuk melihat apakah indikator bisa diaplikasikan dengan mudah.
- Coba nilai anak berdasarkan rubrik.
- Minta umpan balik dari anak: apakah mereka paham tiap kriteria?
Kemudian, sesuaikan rubrik jika ada bagian yang membingungkan atau tidak proporsional. Dengan evaluasi awal, rubrik akan siap digunakan dengan lebih andal dan akurat.
5. Pastikan Rubrik Fleksibel dan Dapat Dikembangkan
Kelima dan terakhir, rubrik perlu fleksibilitas agar bisa dikembangkan. Situasi, tema, dan jenis proyek bisa berubah, lalu rubrik harus tetap relevan. Jika suatu proyek menekankan teknologi atau aspek lingkungan, kriteria bisa ditambah atau diubah sesuai konteks.
- Tambahkan kriteria baru, seperti penggunaan teknologi digital.
- Atur ulang bobot jika kebutuhan berubah.
- Jangan biarkan rubrik terlalu kaku—selalu terbuka untuk revisi dengan alasan kuat.
Dengan cara ini, rubrik menjadi dokumen hidup yang terus diperbarui sekaligus selalu relevan pada setiap jenis proyek.
Mengapa 5 Hal Ini Sangat Penting untuk Orang Tua?
Sebagai orang tua, Anda mungkin merasa terbantu ketika:
- Anak memahami ekspektasi sejak awal.
- Penilaian menjadi sistematis dan objektif.
- Proses evaluasi mendukung perkembangan anak, bukan menghukum.
- Anak merasa terlibat dan bertanggung jawab.
- Rubrik berjalan konsisten, mampu disesuaikan jika proyek berubah.
Jika Anda ingin mencari informasi lebih lanjutan, ternyata ada banyak referensi berguna untuk memilih TK terbaik, franchise pendidikan, dan taman kanak?kanak di Bekasi. Anda bisa membaca lebih lanjut melalui tautan berikut:
- Bagi orang tua yang mencari TK Islam yang bagus di Bekasi dengan fasilitas terbaik, kunjungi halaman ini: TK Islam yang Bagus di Bekasi dengan Fasilitas Terbaik.
- Jika tertarik dengan franchise pendidikan lokal di Indonesia, silakan baca artikel ini: 5 Franchise Lokal dengan Kategori Pendidikan di Indonesia.
- Sedangkan bagi yang ingin tahu cara memilih taman kanak?kanak terdekat di Bekasi, cek tautan ini: Cara Memilih Taman Kanak?kanak Terdekat di Bekasi.
Tips Tambahan Agar Rubrik Berkualitas
- Gunakan Bahasa yang Mudah Dipahami — Hindari istilah teknis berlebihan. Gunakan kalimat singkat, to the point, dan deskripsi konkret. Dengan demikian, orang tua dan anak sama-sama memahami setiap poin.
- Sertakan Contoh Nyata — Misalnya, jika kriteria ‘kreativitas’: lampirkan contoh ide kreatif sederhana agar anak bisa membayangkan. Dengan contoh, anak lebih siap memberikan ide.
- Tampilkan Feedback Positif — Saat menggunakan rubrik, selalu sertakan komentar yang mendukung. Misalnya: “Ide kamu sangat orisinal, tapi penjelasan perlu dirapikan.” Masukan seperti itu membangun semangat anak.
- Tahan Emosi Evaluasi — Nilai adalah alat bantu, bukan hukuman. Hindari komentar yang merendahkan dan fokus pada saran konkret agar anak bersemangat memperbaiki.
- Revisi Berkala setelah Tiap Proyek — Rubrik bukan statis! Setelah beberapa proyek, evaluasi kembali kriteria. Apakah masih relevan? Apakah bobot masih tepat? Jika tidak, revisi demi hasil yang lebih akurat.
Contoh Rubrik Penilaian Proyek (Tabel)
Kriteria | Bobot (%) | Skala | Deskripsi Singkat |
---|---|---|---|
Kreativitas | 25 | 1–4 | Ide orisinal dan solusi unik |
Akurasi | 30 | 1–4 | Informasi benar dan tepat |
Presentasi | 20 | 1–4 | Gaya visual, bahasa tubuh, penguasaan materi |
Kolaborasi | 15 | 1–4 | Kontribusi setiap anggota (untuk tim) |
Praktis / Demo | 10 | 1–4 | Proyek berjalan dalam praktik nyata atau simulasi |
Rubrik aktif dan jelas seperti di atas mendorong anak berlatih berdedikasi dan memahami tujuan. Kemudian, orang tua bisa memberi skor objektif dan memberi umpan balik konstruktif.
Kesimpulan
Dengan memperhatikan 5 hal penting: (1) menetapkan tujuan dan kriteria yang jelas, (2) skala nilai konsisten, (3) melibatkan anak, (4) uji coba dan evaluasi rubrik, serta (5) memastikan rubrik fleksibel, Anda dapat menyusun rubrik penilaian proyek yang efektif, adil, dan memotivasi.
Gunakan rubrik ini untuk membimbing anak agar tahu apa yang diharapkan dan bagaimana mereka bisa mencapai hasil terbaik. Dengan internal link yang telah disediakan, Anda juga bisa memperluas wawasan dalam memilih TK atau franchise pendidikan terbaik bagi anak di Bekasi.
Pendidikan
Hal yang Perlu Diketahui dari Teori Belajar Humanistik

1. Pendahuluan
Saat orang tua menyiapkan anak untuk masuk sekolah, memahami teori belajar humanistik menjadi sangat bermanfaat. Melalui pendekatan ini, orang tua dapat ikut mendukung perkembangan optimal dan bahagia anak. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan hal-hal penting yang wajib diketahui, lengkap dengan panduan konkret, transisi lancar, dan bahasa aktif.
2. Apa Itu Teori Belajar Humanistik?
Teori belajar humanistik menekankan perkembangan individu secara holistik. Ia memusatkan perhatian pada kebutuhan anak, misalnya kebutuhan akan harga diri, aktualisasi diri, serta hubungan sosial. Hal ini berbeda dari pendekatan tradisional yang menekankan hafalan atau ujian semata. Sebaliknya, teori ini mengajak pendidik dan orang tua aktif melibatkan anak dalam proses pembelajaran.
3. Prinsip-Prinsip Utama Teori Humanistik
a. Fokus pada anak sebagai individu unik
Setiap anak menunjukkan potensi yang berbeda. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya memahami minat dan karakter anak.
b. Belajar sebagai proses aktif dan bermakna
Anak tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi ia juga menciptakan makna melalui pengalaman. Orang tua dapat mengajak anak eksplorasi bebas, diskusi, serta refleksi.
c. Lingkungan pembelajaran yang mendukung dan inklusif
Lingkungan positif memungkinkan anak merasa aman, dihargai, dan termotivasi untuk berkembang.
4. Mengapa Orang Tua Perlu Memahami Teori Ini
Pastinya, orang tua ingin anak berkembang secara optimal. Teori humanistik membantu orang tua:
- Mengambil peran aktif dalam proses pendidikan anak.
- Memberi dukungan emosional sekaligus akademik.
- Mendorong kreativitas, percaya diri, dan keterlibatan anak.
Selain itu, memahami teori ini membantu orang tua memilih sekolah yang sesuai dengan prinsip humanistik. Misalnya, mereka bisa mempertimbangkan TK Islam yang bagus di Bekasi dengan fasilitas terbaik sebagai pilihan utama. Anda bisa membaca lebih lanjut di artikel TK Islam di Bekasi.
5. Komponen Praktis Teori Humanistik untuk Anak Masuk Sekolah
a. Motivasi intrinsik
Anak akan lebih termotivasi jika belajar menyenangkan dan relevan. Orang tua bisa menyusun aktivitas sehari-hari berupa permainan edukatif atau proyek kreatif yang sesuai minat anak.
b. Pembelajaran kontekstual
Ajarkan nilai-nilai dan konsep lewat pengalaman nyata: seperti menghitung saat berbelanja atau mengenal warna saat berkebun. Melalui pendekatan kontekstual, anak belajar sambil bermain secara aktif.
c. Refleksi dan umpan balik
Ajarkan anak merefleksi kegiatan mereka: “Apa yang kamu pelajari hari ini? Apa yang membuatmu senang?” Dengan refleksi aktif, anak memahami proses belajar mereka.
d. Kolaborasi antara orang tua dan guru
Sekolah yang mengadopsi pendekatan humanistik biasanya mengundang partisipasi orang tua. Kamu bisa mendiskusikan metode belajar, mendukung visi sekolah, dan membangun saling pengertian antara pihak sekolah dan rumah.
6. Tips Memilih Sekolah yang Sesuai Pendekatan Humanistik
Pertama, ? carilah sekolah dengan pendekatan yang menekankan peserta didik sebagai individu yang diberdayakan.
Kedua, ? perhatikan kurikulum yang berfokus pada pengalaman bermakna dan aktivitas interaktif.
Ketiga, ? komunikasikan visi orang tua dengan pihak sekolah. Sekolah yang toleran terhadap masukan orang tua menunjukkan nilai humanistik yang kuat.
Jika Anda sedang mencari lembaga pendidikan lokal dengan standar tinggi dalam pendidikan anak usia dini, bisa cek daftar franchise lokal dengan kategori pendidikan di Indonesia. Link ini membantu memahami pilihan lembaga berkualitas: daftar franchise pendidikan lokal.
7. Proses Pengambilan Keputusan bagi Orang Tua
a. Lakukan riset dan kunjungi sekolah
Datangi lokasi sekolah, tanya langsung kepada guru, amati interaksi anak dan guru.
b. Evaluasi fasilitas dan lingkungan belajar
Cari tahu soal ruang bermain, jumlah anak per kelas, serta kegiatan di luar kelas. Ini membantu memastikan dukungan maksimal terhadap pendekatan humanistik.
c. Bandingkan beberapa pilihan
Jika Anda ingin memilih akses yang dekat dari rumah, pertimbangkan panduan tentang cara memilih taman kanak-kanak terdekat di Bekasi sebagai acuan praktis: cara memilih TK dekat Bekasi.
8. Tantangan dan Tips Mengatasinya
Tantangan umum: Beberapa sekolah masih menerapkan metode konvensional. Namun, orang tua dapat berperan aktif:
- Ajukan dialog positif dengan guru dan staf.
- Tawarkan kerja sama orang tua dalam program aktif anak.
- Dorong dilibatkannya kegiatan ekskursi, proyek seni, dan pembelajaran berbasis pengalaman.
Dengan begitu, Anda membentuk sinergi antara nilai humanistik dan realitas pendidikan di sekolah pilihan.
9. Ringkasan dan Kesimpulan
Secara ringkas, berikut poin-poin penting:
- Teori belajar humanistik memandang anak sebagai individu aktif yang unik.
- Motivasi intrinsik dan pembelajaran kontekstual memperkuat keterlibatan anak.
- Refleksi, dukungan emosional, dan komunikasi aktif antara orang tua dan sekolah sangat krusial.
- Saat memilih sekolah, pertimbangkan visi pendidikan yang mendukung pendekatan humanistik.
- Gunakan link referensi untuk mengecek rekomendasi TK dan franchise pendidikan berkualitas di Bekasi atau Indonesia.
Harapannya, artikel ini membantu orang tua mempersiapkan anak masuk ke sekolah dengan pendekatan pendidikan yang menghargai potensi anak. Bila orang tua aktif memahami dan menerapkan teori humanistik sejak dini, proses belajar menjadi menyenangkan dan produktif.
Pendidikan
Apa Perbedaan Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) Dan KKM

Memilih sekolah yang tepat untuk anak adalah keputusan penting dalam kehidupan orang tua.

Selain mempertimbangkan lokasi, fasilitas, dan reputasi sekolah, pemahaman tentang sistem penilaian pendidikan juga sangat krusial. Salah satu topik yang sering menimbulkan pertanyaan adalah perbedaan antara Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Apa sebenarnya perbedaan antara keduanya? Bagaimana keduanya memengaruhi perkembangan belajar anak? Artikel ini akan membahas secara mendalam perbedaan KKTP dan KKM, serta memberikan wawasan bagi orang tua untuk membuat keputusan terbaik.
Memahami KKM: Standar Minimal yang Harus Dicapai Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah standar nilai minimal yang harus dicapai siswa dalam setiap mata pelajaran. KKM tertetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan karakteristik peserta didik, kompleksitas materi, dan daya dukung sekolah. Jika siswa tidak mencapai nilai KKM, maka siswa dianggap belum tuntas dalam pembelajaran tersebut.
Sebagai contoh, jika KKM untuk pelajaran Matematika adalah 75, maka siswa yang memperoleh nilai 70 harus mengikuti pembelajaran remedial. Dengan demikian, KKM berfungsi sebagai ambang batas ketuntasan belajar siswa.
Namun, KKM kerap orang kritik karena terlalu kaku. KKM hanya mempertimbangkan nilai akhir tanpa melihat proses atau perkembangan belajar siswa. Oleh karena itu, lahirlah sistem baru yang disebut KKTP.
Mengenal KKTP: Penilaian Berdasarkan Tujuan Pembelajaran
Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) adalah sistem penilaian yang lebih modern dan holistik. KKTP terterapkan dalam Kurikulum Merdeka yang kini mulai teradopsi di banyak sekolah. Alih-alih berfokus pada nilai angka semata, KKTP menilai pencapaian tujuan pembelajaran berdasarkan capaian kompetensi siswa.
Dalam KKTP, guru merancang indikator yang menggambarkan sejauh mana siswa telah memahami dan menguasai materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Proses penilaian mencakup berbagai aspek, seperti keterampilan berpikir kritis, pemahaman konsep, kemampuan komunikasi, hingga kolaborasi.
Perbedaan Utama antara KKTP dan KKM
Agar lebih jelas, berikut perbedaan utama antara KKTP dan KKM:
Aspek | KKM | KKTP |
---|---|---|
Dasar Penilaian | Nilai angka minimal | Pencapaian tujuan pembelajaran |
Fokus Penilaian | Hasil akhir | Proses dan hasil |
Karakteristik | Kaku dan seragam | Fleksibel dan kontekstual |
Digunakan dalam Kurikulum | Kurikulum 2013 dan sebelumnya | Kurikulum Merdeka |
Tindak Lanjut Ketidaktuntasan | Remedial | Pembinaan berbasis capaian |
Dari tabel di atas, terlihat jelas bahwa KKTP lebih menekankan pendekatan pembelajaran yang menyeluruh. Sistem ini memberi ruang lebih besar untuk tumbuh kembang siswa berdasarkan keunikan dan potensi masing-masing.
Mengapa Orang Tua Perlu Memahami Perbedaan Ini?
Banyak orang tua mengira bahwa nilai akhir adalah satu-satunya indikator keberhasilan anak di sekolah. Padahal, perkembangan belajar anak jauh lebih kompleks. Dengan memahami perbedaan antara KKTP dan KKM, orang tua bisa:
- Mengetahui bagaimana cara guru menilai dan memantau perkembangan anak.
- Membantu anak belajar dengan cara yang sesuai dengan pendekatan kurikulum.
- Berkomunikasi lebih baik dengan guru terkait progres belajar anak.
- Memilih sekolah yang sejalan dengan kebutuhan dan karakter anak.
Pentingnya Memilih Sekolah yang Mengadopsi Kurikulum Merdeka
Saat ini, banyak sekolah, khususnya sekolah swasta, mulai menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini memberikan kebebasan bagi guru dan siswa untuk mengeksplorasi pembelajaran sesuai minat dan bakat. Salah satu indikator keberhasilan penerapan kurikulum ini adalah penggunaan KKTP dalam penilaian.
Sekolah yang mengadopsi KKTP cenderung lebih terbuka terhadap variasi gaya belajar siswa. Hal ini penting, karena tidak semua anak cocok dengan pendekatan pembelajaran yang sama. Oleh karena itu, orang tua kami sarankan untuk mencari sekolah yang sudah mulai mengimplementasikan pendekatan ini.
Jika Anda sedang mencari taman kanak-kanak yang menerapkan pendekatan pembelajaran modern, Anda bisa membaca artikel ini: Cara Memilih Taman Kanak-Kanak Terdekat di Bekasi.
Studi Kasus: Sekolah Islam Terpadu di Bekasi
Sebagai contoh, beberapa sekolah Islam terpadu di Bekasi telah menerapkan sistem penilaian berbasis KKTP. Sekolah ini tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial sejak dini.
Fasilitas yang mendukung kegiatan belajar, seperti ruang bermain yang aman, laboratorium mini, dan lingkungan belajar yang ramah anak, semakin memperkuat efektivitas penerapan KKTP.
Jika Anda sedang mencari sekolah seperti ini, Anda bisa membaca rekomendasi berikut: TK Islam yang Bagus di Bekasi dengan Fasilitas Terbaik.
Apa Manfaat KKTP untuk Anak?
KKTP memberikan manfaat besar dalam proses belajar anak, di antaranya:
- Mendorong anak lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan indikator capaian yang jelas, anak tahu apa yang harus anda capai dan berusaha lebih keras.
- Meningkatkan motivasi belajar. Anak merasa dihargai tidak hanya dari nilai akhir, tetapi juga dari proses belajar yang dijalani.
- Menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan anak. Anak yang memiliki kecepatan belajar berbeda tetap bisa berkembang sesuai potensinya.
- Mempererat kerja sama antara orang tua dan guru. KKTP membutuhkan pemantauan rutin, yang berarti komunikasi antara rumah dan sekolah menjadi lebih intensif.
KKTP dan KKM dalam Konteks Pendidikan Anak Usia Dini
Untuk anak usia dini, pendekatan KKTP jauh lebih cocok karena menekankan pada proses eksplorasi, rasa ingin tahu, dan pembentukan karakter. Anak usia dini belum siap menerima tekanan nilai angka seperti dalam KKM. Oleh karena itu, memilih TK yang mengadopsi KKTP akan sangat membantu anak dalam memulai proses belajar dengan menyenangkan.
Jika Anda tertarik dengan dunia pendidikan anak dan ingin tahu tentang peluang usaha di bidang ini, Anda bisa membaca artikel berikut: 5 Franchise Lokal dengan Kategori Pendidikan di Indonesia.
Kesimpulan
Perbedaan antara KKTP dan KKM bukan sekadar teknis penilaian. Lebih dari itu, perbedaan ini mencerminkan pendekatan pendidikan yang sangat berbeda. KKTP yang terterapkan dalam Kurikulum Merdeka berfokus pada proses belajar yang menyenangkan, fleksibel, dan sesuai karakter anak. Sementara itu, KKM lebih menekankan hasil akhir yang bersifat seragam.
Sebagai orang tua, memahami sistem ini sangat penting agar Anda bisa menentukan pilihan sekolah yang sesuai untuk anak. Jangan hanya melihat nilai akademik, tetapi perhatikan pula bagaimana proses penilaian itu dijalankan. Pilihlah sekolah yang memahami bahwa setiap anak unik dan memiliki cara belajar yang berbeda.
Dengan memilih sekolah yang menerapkan KKTP, Anda sedang memberikan fondasi yang kokoh bagi masa depan anak.
Ingin tahu sekolah terbaik yang cocok dengan prinsip KKTP di Bekasi? Baca juga: